Saturday, September 17, 2011

Apakah Harus Dimengerti?

Kenapa sangat sulit untuk mengerti?
Hal yang sulit menjadi semakin sulit untuk dimengerti bahkan hal yang seharusnya mudah untuk dimengerti pun menjadi begitu sulit.
Apakah semua itu harus dimengerti?
Tak bisakah sebelum mengerti kita bersikap terlebih dahulu?
Harusnya semakin bertambahnya waktu dan usia semua menjadi lebih mudah bukan?
Apakah memang ini sebuah kenormalan?
Apakah memang ini yang seharusnya?
Berusaha untuk berhenti disuatu tempat bukan hal yang baik mungkin. Semuanya terlalu cepat berjalan sehingga tempat pemberhentian itu hanya seperti melihat pemandangan dari dalam kereta api yang melaju cepat.
Apa yang salah?
Dan apa yang benar?
Begitu sulit. Pikiran tak tentu arah. Pikiran berlawanan dengan hati. Kadang mereka bisa sejalan tapi tidak dengan sang sikap.
Semua bercabang.
Dimana letak kesalahannya?
Dimana titik kemudahan itu?


Titik mudahnya adalah ketika seseorang selalu ingin dimengerti lalu ia tak ingin mengerti orang lain.
Kesulitannya adalah ketika seseorang harus mengajak egonya untuk melunak agar lebih mudah mengerti sesuatu yang ingin dimengerti.

Monday, September 5, 2011

Seolah-Olah

Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka paling tahu.
Mereka berbicara.
Seolah-olah mereka paling benar.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka paling mengerti.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka paling didengar.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka berada di atas segalanya.
Mereka bicara,
Seolah-olah mereka paling manusiawi.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka paling bijak.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka paling berani.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka paling menyedihkan.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka mahkluk paling sempurna.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka yang mendengarkan berhati baja.
Mereka berbicara,
Seolah-olah mereka yang paling jujur.

Mereka bisa berarti anda, bisa berarti saya, bisa berarti orang-orang disekitar kita. Semua orang mengalami ini, termasuk saya.

Sunday, September 4, 2011

Ini Bukan Soal Cinta

Cinta hanya beberapa bagian yang termasuk di dalamnya. Inilah hidup.
Terlihat mudah ketika direncanakan dan sulit untuk merealisasikannya. Dan saat usaha realisasi itu dilakukan hasil yang direncanakan belum tentu akan sama, bisa menjadi kekecewaan dan bisa menjadi kepuasan yang membuat bahagia. Mungkin juga kedua hasil tadi bisa berbalik menjadi kekecewaan yang membuat bahagia dan kepuasan yang membuat kekecewaan. Sekarang tergantung dari kita bukan? Mungkin lebih tepatnya dari niat kita menjalaninya.

Hidup juga sepertinya tergantung. Tergantung apa yang dipilih untuk menjalaninya. Tergantung cara berfikir kita untuk melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Tergantung satu sama lain dengan semua mahkluk yang diciptakan seperti rantai.

Hidup juga tidak hanya tergantung tapi juga pilihan. Pilihan untuk menjadi yang dipilih. Pilihan untuk menjadi yang memilih. Memilih atau dipilih sangat berkaitan karena pada situasi tertentu kita akan merasakan dipilih dan memilih. Pilihan untuk berada di posisi yang sama, entah itu dalam posisi yang sangat tidak nyaman atau posisi yang sangat nyaman. Seperti dipilih-memilih, pada kondisi tertentu kita akan merasakan keduanya. Pilihan untuk tetap hidup pada saat menyerah dan ingin mati. Pilihan untuk memilih untuk tidak memilih.

Hidup juga berjalan. Berjalan untuk masa depan. Berjalan untuk masa lalu. Berjalan ditempat dan waktu tetap berjalan bahkan seperti berlari.

Hidup adalah ‘bagaimana’. Bagaimana membuat rencana hidup kita berjalan dengan baik, kalaupun tidak bagaimana menerima hasil yang akan diterima dari usaha untuk mengupayakan rencana itu terwujud dengan niat yang baik. Bagaimana kita membuat hidup yang tergantung itu tidak menjadi candu yang berlebihan kemudian menjadi parasit. Bagaimana menentukan pilihan yang tepat. Mungkin bukan tepat tapi membuat pilihan yang tidak merugikan diri kita sendiri ataupun orang lain. Bagaimana membuat pilihan itu menjadi pilihan yang ternyaman. Bagaimana pada saat semuanya berjalan kita mampu beradaptasi dengan keadaan.