Thursday, January 19, 2012

Catatan Kecil


Sesuatu.
Entah apa ini, semua begitu menyesakkan diatas sini.
Di langit yang begitu luas dengan awannya yang begitu indah. Tempat yang seharuanya menyenangkan, tempat yang seharusnya membuat saya tersenyum takjup.
Saat pesawat mulai naik perlahan semua sesak seperti tak beroksigen, bukan karena saya takut akan ketinggian atau berada dalam pesawat.
Apa ini? Sebenarnya saya hanya melontarkan pertanyaan yg retoris. Saya tahu pasti apa yg saya rasakan, saya tau pasti apa penyebab rasa ini muncul. Tapi hati dan otak saya kali ini tidak bekerjasama dengan baik.
Otak saya berusaha untuk tidak mengakui kenyataan sedangkan hati saya menjerit untuk mengakui. Tuhan, apa yang terbaik saat ini? Apa yg harus saya lakukan? Saya menyerah dengan diam dan meresapi rasa ini.

13:15, langit menuju DPS.

Tuesday, January 17, 2012

Cerita Tentang Sang Kokoh

Diam dalam gelap bersama nyanyian para jangkrik.
Hati mulai berbicara, bertanya dan kemudian menjawab sendiri apa yang diutarakan dalam diam.
Gelap selalu jadi saksi rapuhnya bangunan yang terlihat kokoh.
Kekhawatiran dan ketakutan menjadi elemen-elemen yang begitu bersahabat atas rapuhnya sang kokoh.
Mungkin sebuah bahu, sebuah genggaman hangat atau bahkan sebuah peluk erat saat ini bisa menjadi sesuatu yg berharga, sesuatu yang dapat menguatkan sang kokoh yang rapuh.
Tetapi ‘disini’ sepi dari ‘manusia’.

Air mata mengalir sebagai tanda sakitnya bagian-bagian yang retak.
Menutup mata kembali bertemu dengan gelap yang tak berbicara dan hanya bisa menyaksikan semuanya.
potongan-potongan itu satu persatu muncul seakan memanggil lebih keras rasa khawatir dan ketakutan sang kokoh. Dengan mata kembali terbuka pelan-pelan badan meringkuk memeluk diri sendiri berharap semua membaik.
Tapi semua itu masih hanya mimpi belaka. Mata yang pelan-pelan terbuka tidak untuk menyembuhkan tapi makin menyadarkan bahwa rapuhnya sang kokoh begitu berkuasa.

Sang kokoh tak sanggup berbicara, tak sanggup untuk meminta pertolongan atas rapuhnya ini. Ia hanya sanggup berdebat dengan hati dan pikirannya sendiri, apakah masih pantas sesorang yang sangat rapuh ini disebut sang kokoh? Berdiri pun ia tak mampu.
Tanah yang begitu mantap untuk pijakan sang kokoh kini seperti bergoyang, seperti menjadi lumpur hidup yang menghisap korbannya kedalam lumpur itu.
Kali ini sang kokoh benar-benar hampir runtuh, ia kembali menutup mata, kembali bersama gelap tanpa nyanyian para jangkrik. Seperti biasa gelap hanya bisa menyaksikan semuanya tapi setidaknya gelap menjadi tempat yang membuat sang kokoh nyaman sementara.

“Dimulai Dengan Ikhlas”

Pertama :
“Selamat Tahun Baru..”

Sorak-sorai suara terompet bersama riaknya kembang api yang bermain di udara menghiasi malam pergantian tahun 2011 menuju 2012. Hampir semua orang di dunia ini begitu bersemangat menunggu detik-detik pergantian tahun dengan cara mereka masing-masing. Semua orang berkumpul di malam itu.

Kedua :
“Akhir tahun ditutup dengan kepergian..”

Semua begitu bersemangat merencanakan merayakan tahun baru. Semua ingin kebahagiaan di akhir tahun menuju pergantian awal tahun baru. Tapi tidak untuk saya kali ini, rasa kehilangan yang sangat besar menemani saya dan keluarga besar saya menuju pergantian tahun bahkan sampai saya menuliskan blog ini. Hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya malam di tanggal 30 Desember 2011, Puang Basok yaitu kakak pertama dari Ibu saya pergi untuk selama-lamanya di umurnya yang ke 41.

Ketiga :
“Tanda yang tak disadari..”

Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Begitu cepat ia pergi, sampai terkadang perasaan bahwa Puang masih ada di sini.
Dua hari sebelum Puang meninggal saya masih pergi bersama beliau dan istrinya dan bertemu dengan teman-temannya. Puang terlihat sehat dan seperti biasanya, humoris. Sampai pada satu pembicaraan tentang rencana malam pergantian tahun Puang mengatakan “ah malam tahun baru sih enakan tidur, saya mau tidur aja nanti, saya capek..”. Memang iya, dimalam pergantian tahun Puang tidur dengan tenang. Seminggu sebelum kepergiannya Puang mengajak seluruh keluarga untuk pergi ke makam Bapaknya yaitu kakek saya pada hari Sabtu. Dan ya, semua keluarga memang pergi ke tempat kakek saya di makamkan tapi bukan untuk melihat kuburan kakek tetapi untuk mengantar jasadnya di makamkan. Puang meninggal karena jantung. Siang dihari kepergiannya ternyata tensinya naik menjadi 200, saat itu Puang tidak mau dibawa kedokter. Setelah itu Puang masih sempat mencoba-coba mobil yang baru dibelinya lalu malamnya beliau masih mengawasi tukang yang sedang memasang kitchen set seolah-olah seperti orang sehat. Sampai akhirnya saat Puang sedang mengawasi tukang tiba-tiba beliau jatuh seperti orang pingsan. Semua orang panik dan berusaha untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Tapi ternyata memang sudah ajalnya iya meninggal pada saat beliau akan dibawa kerumah sakit.

Keempat :
“akhir tahun di tutup dengan perginya puang Basok Nasruddin dan awal tahun dimulai dari mengikhlaskan kepergiannya untuk selamanya.”

“Selamat jalan Puang Basok, we miss you..”

Friday, January 6, 2012

Proses

Semua berawal dari pemikiran yang kemudian menjadi angan-angan lalu bermimpi dan bercita-cita kemudian terbuatlah rencana yang begitu simpel atau mungkin menjadi rencana yang begitu besar untuk mungusahakan pencapaian dari angan-angan, mimpi dan cita-cita tadi. Hal yang sangat menyenangkan ketika berangan-angan untuk sesuatu yang baik untuk diri sendiri bahkan untuk orang lain sampai akhirnya, terkadang menjadi sesuatu yang melelahkan ketika usaha untuk pencapaian dari yang diangan-angankan menemui kerikil yang menguji seberapa kuat kita bertahan untuk memperjuangkan yang baik itu.
Setiap orang melewati proses yang berbeda dalam perjalanannya untuk mencapai usahanya dan mudah atau sulit jalan yang ditempuh tergantung dari cara pandang orang itu sendiri.
Semua orang yang hidup adalah orang-orang yang beruntung. Beruntung karena bisa bernafas, bisa tumbuh, bisa merasakan segala sesuatu yang telah diciptakan di dunia ini. Sedangkan orang-orang yang mengatakan "dia tidak beruntung" atau "saya tidak beruntung" adalah orang-orang yang mungkin kurang bersyukur atas hidupnya. Entah itu kehidupannya yang sedang menemui batu kerikil, entah itu kehidupannya yang cukup atau berlebih.

..........................